Ga tau kenapa, teori “seleksi alam” dari Darwin sering banget jadi pembenaran untuk menunjukkan betapa kerasnya hidup – saling sikut, saling menjatuhkan.. Pernyataan “survival of the fittest” selalu diartikan menjadi “yang kuat yang menang”. Padahal, arti harfiahnya kan : “kelulushidupan dari yang paling sesuai”, iya toh ?
Kata kuncinya di sini : “sesuai” bukan “kuat”, dan “lulushidup/survive” bukan “menang”. Kenapa hal ini jadi penting ?
Pertama, karena sesuai ngga berarti harus kuat. ‘Kuat’ demikian sering diasosiasikan dengan “sesuai”, karena di dunia manusia yang barbar ini, kesesuaian begitu erat berhubungan dengan kekuatan – dan kekuatan berhubungan dengan kompetisi, atau pertarungan !
Terus kamu bakal bilang,
“loh, dunia binatang kan emang isinya berkompetisi dan makan-dimakan, khan ?”
Saya bilang,
“kamu terlalu banyak nonton Animal Planet !”
Yah, ngga bisa dipungkiri, pertunjukan satwa liar yang paling menarik – dan paling sering ditampilkan di depan kita adalah Predasi– makan dan dimakan.. Karena ia menarik. Karena ia mudah ditangkap kamera. dan Karena itu bisa jadi pembenaran ketika manusia ingin melakukan hal serupa ke sesamanya.
Padahal, kompetisi dan predasi cuman sebagian dari banyak sekali interaksi di dalam komunitas. Bentuk interaksi lainnya, malah lebih ‘manusiawi’, lebih punya ‘pesan moral baik’…halah. Coba liat gimana beberapa jenis serangga membantu tumbuhan tertentu untuk bereproduksi dengan membantu proses penyerbukan..atau lihat gimana dalam koloni semut terdapat pembagian tugas yang sangat baik antar anggota koloninya..atau gimana lebah madu menunjukkan perilaku altruistik..atau gimana tentakel anemon laut melindungi ikan “Nemo” dari serangan predatornya..
Kekuatan hanyalah salah satu means untuk survive. Kondisi lingkungan seperti padang rumput Afrika yang datar dan luas menjadikan kekuatan, kecepatan, dan kelincahan sebagai kunci kelulushidupan. Mereka yang kuat, cepat, lincah — mereka akan menjadi the fittest. Tapi di tempat lain, seperti hutan tropis Kalimantan, kemampuan untuk bermimikri – tidak terlihat oleh predator dgn menyamar seperti lingkungan atau hewan lain, lebih sesuai ketimbang dapat berlari secepat kilat. Bersembunyi dan mengalah, kadang bagi manusia terkait erat dgn tindakan ke-pengecut-an, bisa jadi lebihbaik dari kuat dan melawan !
Kompetisi sangat wajar terjadi ketika di suatu wilayah terdapat kelangkaan sumberdaya..tetapi ‘saling sikut’ dan ‘saling menjatuhkan’ bukan satu2nya implikasi dari kompetisi. Dalam komunitas yang seimbang, setiap individu mengisi relung-relung (niche) yang sesuai baginya tanpa harus banyak bersaing dengan individu lain.
Dalam dunia usaha, ada 3 kelompok pengusaha berdasarkan penguasaan pasarnya, Leader..Follower..dan Nicher. Leader itu seperti singa, membunuh kerbau liar dan memakan bagian terbesar dari dagingnya. Follower itu seperti condor atau hyena, yg memakan sisa-sisa dari korban singa..Nicher itu seperti ardvark (hehe), yg mana daripada memakan makanan populer seperti daging kerbau, lebih memilih mencari semut untuk dimakan. Kita ngga harus jadi Leader — Follower atau Nicher juga ngga apa2 ko..
Kedua, karena lulushidup tidak sama dengan menang. Menang adalah implikasi dari persaingan, dan sekalipun hidup adalah perjuangan, tetapi kita harus ingat siapa sebenarnya ‘lawan’ kita. Semua makhluk hidup di dunia berjuang untuk dapat survive, melawan alam — melawan perubahan-perubahan lingkungan yang ‘menyeleksi’ siapa di antara mereka yg tidak dapat bertahan dan punah. Mereka tidak berusaha untuk menang, mereka berusaha untuk hidup dan mempertahankan keturunannya. Terlalu berlebihan jika kita berpikir bahwa singa ingin lebih hebat daripada macan tutul, atau menang dari cheetah.
“Loh, tapi kan pada akhirnya dia harus menang agar tetap bisa menguasai sumberdaya yg ada ?“, mungkin kata kamu.
Iya, tapi implikasi dari usaha untuk ‘menang’ akan sangat berbeda dengan ‘lulushidup’. Di Serengeti, kompetisi mungkin jawaban untuk kelulushidupan. Tapi di Amazon, ‘kerjasama/simbiosis’ bisa jadi solusi yang lebih tepat. On top of all that, Ekosistem yang seimbang akan berusaha mencapai kondisi dimana semua anggota komunitas lulus-hidup..Semua anggota komunitas menang — meski statemen-nya jadi absurd, karena ketika tidak ada yg kalah, maka tidak ada pemenang !
Dunia manusia tidak jauh dari dunia satwa, Ya, tapi dalam arti yang luas. Tidak sesempit “yang kuat yang menang”, tetapi seluas “fit” untuk “survive”. Manusia ngga melulu butuh Eksistensi, untuk berada di atas yang lain … tapi ia butuh Aktualisasi, untuk sesuai bagi peran dan posisinya. Ia tidak harus menang melawan sesama, tetapi survive melawan perubahan. Dan yang paling mendasar, di tengah upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tidak harus berkompetisi, tetapi manusia bisa mengisi relungnya masing-masing, dan bekerja sama. Toh, kita ini khan : Homo (yang) sapiens.